Skip to content
Resilience Framework_ How to Build Resilience In the Workplace
Naluri6 min read

Cara Membangun Resiliensi di Tempat Kerja dengan Framework Resiliensi

Pekerjaan dapat . Ada berbagai rintangan dan ketidakpastian di sekelilingmu, entah itu tekanan yang terus menerus dari manajemen atas atau ketegangan yang kadang mengisi kantor. Dan jangan lupakan juga proyek-proyek dengan klien yang menuntut dan batas waktu yang sangat singkat! Namun salah satu kualitas yang membuatmu berbeda dari yang lain adalah resiliensimu.

Orang yang tangguh mampu berkembang saat mengalami tantangan, mereka mampu beradaptasi dengan cepat dan menjaga produktivitasnya, sembari memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang dapat digunakan di masa depan.

Dalam artikel ini, kami membahas Teori Resiliensi (Resilience Theory), kerangka kerja yang membantu individu maupun organisasi untuk menghadapi ketidakpastian dan mengatasi rintangan.

 

Apa itu Teori Resiliensi?

Menjadi resilien bukan berarti menghindari masalah atau menolak perubahan. Menjadi resilien berarti menghadapi masalah dan memperlakukan itu sebagai pelajaran dan pengalaman. Ini lebih tentang bagaimana kita bisa merangkul masalah-masalah itu. Jika dilihat dari definisinya, Teori Resiliensi menekankan bagaimana setiap orang dan tim dapat beradaptasi, pulih, dan berkembang setelah menghadapi tantangan. Menariknya, Teori Resiliensi menyiratkan bahwa menjadi resilien bukanlah sebuah karakteristik atau sifat yang tetap, melainkan sebuah proses yang dapat dikembangkan dan diperkuat melalui pembelajaran. Artinya, pembangunan resiliensi dimulai sejak masa anak-anak dan terus berlanjut hingga di tempat kerja. Berikut adalah 4 elemen kunci dari Teori Resiliensi:

  • Faktor-faktor pelindung: Faktor-faktor pribadi, hubungan, dan lingkungan yang mendorong resiliensi memberikan perlindungan atau rasa menghindar dari tantangan. Sifat-sifat seperti harga diri (self-esteem) dan optimisme dapat membantu kamu melihat harapan pada akhir tantangan dan menjaga suasana hati positif. Bahkan, keluarga, rekan kerja, dan sahabatmu menyediakan dukungan sosial yang kuat dan akses ke sumber daya saat menghadapi masa-masa sulit.
  • Faktor-faktor risiko: Ada beberapa hal yang membuatmu lebih rentan terhadap tantangan. Penting untuk mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor ini agar kamu memiliki persiapan untuk mengatasi tantangan. Salah satu contoh faktor risiko adalah kurangnya faktor pendukung. Ketika kamu tidak memiliki  bantuan yang diperlukan untuk mengatasi masalah, hal itu bisa terasa luar biasa melelahkan dan membuatmu patah semangat, seperti berusaha berenang menghadapi arus sungai tanpa dayung.
  • Adaptasi dan koping: Penting untuk mengenali batasan dan kapabilitas dirimu sendiri. Dengan memahami dan berempati kepada orang lain, kamu dapat mengidentifikasi dukungan yang tepat untuk dirimu sendiri dan timmu. Dengan menerapkan berbagai strategi untuk menghadapi situasi-situasi sulit, seperti pemecahan masalah, mencari dukungan sosial, pandangan positif, dan mempertahankan optimisme, kamu mampu mengatasi situasi paling menegangkan dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.
  • Pertumbuhan yang positif: Teori Resiliensi memberi tahu kita bahwa mengalami tantangan dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi, pertumbuhan pasca trauma, dan transformasi positif. Mengalami ketangguhan mengembangkan kekuatan, pandangan baru, dan apresiasi yang lebih besar terhadap hidup, berkontribusi pada kesejahteraanmu secara keseluruhan. Maka dari itu, selalu mencari masalah-masalah yang menantang, untuk mengasah kemampuan dan muncul lebih kuat.

 

Framework ini menunjukkan betapa kompleksnya kualitas resiliensi ini. Ini mencerminkan betapa banyak faktor yang memiliki peran dalam menentukan ketangguhan individu, seperti karakteristik pribadi contohnya optimisme, hingga faktor eksternal seperti sistem dukungan dan budaya kerja. Oleh karena itu, untuk membangun resiliensi, penting untuk memahami komponen-komponen ini.

 

Bagaimana Kamu Dapat Membangun Resiliensi di Tempat Kerja dengan Efisien?

Teori Resiliensi memberikan framework yang komprehensif untuk memahami dan mengembangkan ketangguhan di tempat kerja. Berdasarkan pemahaman kerangka kerja ini, berikut adalah beberapa tips praktis untuk membangun resiliensi di tempat kerja, yang dibagi menjadi faktor-faktor pelindung dan membangun sistem yang mendukung.

 

Faktor-faktor Pelindung

  • Edukasi dan kesadaran: Refleksi diri adalah hal yang manjur, memungkinkanmu untuk mengevaluasi berbagai kebiasaan dan situasi kehidupan yang memengaruhi seberapa tangguh dirimu dan bertanggung jawab pada diri sendiri. Dengan mencari pelatihan, mentoring, program bantuan karyawan, serta menyelesaikan tes penilaian diri, kamu semakin sadar akan emosi dan faktor-faktor yang mungkin memengaruhi tingkat resiliensi. Selain itu, kamu bisa mencoba metode-metode mindfulness seperti jurnal dan meditasi untuk mengenali kekuatan dan kelemahanmu sambil berada dalam budaya akuntabilitas dan peningkatan diri.
  • Meningkatkan efikasi diri dan optimisme: Efikasi diri, keyakinan pada kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas dan mengatasi tantangan, adalah kunci dari resiliensi. Meningkatkan efikasi diri bukanlah tugas sehari-hari, melainkan seringkali membutuhkan pembelajaran dan tantangan untuk diri. Dengan mencari peluang untuk mengembangkan keterampilan baru, mencari umpan balik atau pengakuan yang konstruktif, dan meminta tugas-tugas yang menantang namun dapat dicapai, kamu dapat mengembangkan efikasi diri dan percaya diri. Demikian juga, mempromosikan optimisme dan pandangan positif di lingkungan kantor dapat membantu menjaga resiliensi dalam menghadapi kegagalan.
  • Meningkatkan kecerdasan emosional: Kecerdasan emosional (EI) memainkan peran penting dalam membangun ketangguhan. Ini termasuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi secara efektif. Kamu bisa mencoba mengembangkan EI dengan mengikuti pelatihan dan workshop yang berfokus pada kesadaran emosional, empati, dan manajemen stres. Dengan meningkatkan kecerdasan emosional, kamu dapat lebih baik mengatasi stres, menjaga hubungan positif, dan menghadapi situasi sulit.
  • Mengembangkan strategi penanganan yang adaptif: Teori Resiliensi menekankan pentingnya strategi penanganan yang adaptif, yang memicu keterlibatan secara aktif dengan tantangan dan menggunakan teknik pemecahan masalah yang efektif. Mengembangkan strategi penanganan yang adaptif tidak selalu mulus, dan memerlukan mencoba-coba, tetapi dengan belajar cara mengelola stres, mengatur waktu, membuat keputusan, dan menyelesaikan konflik, kamu mampu mengatasi sebagian besar beban kerja dan masalah. Perlu perubahan pola pikir juga untuk mengembangkan ketangguhan. Coba lihat kegagalan sebagai peluang untuk berkembang dan belajar dengan merubah masalah dalam pandangan positif. Dengan demikian, kamu siap menghadapi berbagai masalah dengan semangat yang tak tergoyahkan dan belajar darinya.

 

Membangun Support Systems

  • Memiliki dukungan sosial: Dukungan sosial adalah faktor eksternal yang sangat berkontribusi pada ketangguhan. Kamu harus mengambil inisiatif dan menghargai hubungan penting dalam hidupmu! Ajak peliharaanmu keluar ke taman, belikan makan malam untuk orangtua, dan tentu saja, aktif mencari jaringan dukungan sosial yang kuat di tempat kerja. Dengan mempromosikan kerjasama tim, persahabatan, kolaborasi, dan komunikasi terbuka di tempat kerja, kamu menciptakan budaya di mana setiap orang merasa nyaman mencari dukungan dan bantuan dari rekan kerja dan atasan mereka. Kamu bisa mencoba menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur sehingga rekan kerja juga merasa termotivasi untuk menyuarakan pendapat mereka tanpa rasa khawatir malu. Ingat, komunikasi yang baik dimulai dari dirimu, jadi jadilah contoh teladan di tempat kerja. Dukungan sosial memberikanmu rasa kepemilikan, dorongan semangat, dan bantuan praktis dalam masa-masa sulit, jadi investasikan waktu dan energi dalam percakapan bermakna.
  • Dukungan untuk diri sendiri: Memprioritaskan kesejahteraan dirimu sendiri seringkali terabaikan. Hal-hal seperti menciptakan keseimbangan antara kerja dan kehidupan, serta pola pikir yang mendorong pertumbuhan, membuatmu menjadi pekerja yang lebih sehat dan bahagia.
  • Terlibat dalam aktivitas : Kegiatan team-building bisa sangat menyenangkan, dan ini merupakan cara yang bagus untuk menyatukan orang dan memperkuat rasa persaudaraan dalam tim kerja. Kamu bisa mencoba mengorganisir kegiatan team-building yang menarik yang dapat mendorong suasana yang saling mendukung dan bersatu. Gunakanlah kreativitas dalam kegiatan ini! Pertimbangkan berbagai latihan kelompok dan tantangan tim yang mendorong kerjasama dan kolaborasi. Bisa apa saja, mulai dari kegiatan pemecahan masalah hingga petualangan outdoor yang membutuhkan kerjasama semua anggota tim. Tujuannya adalah untuk memperkuat ikatan antar anggota tim dan mendorong dukungan bersama.
  • Informasi tentang program bantuan karyawan: Tidak ada salahnya memprioritaskan kesehatan mentalmu. Banyak perusahaan menawarkan program bantuan karyawan (Employee Assistance Programs/EAP) sebagai cara yang efektif untuk mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan. Tanyakan tentang program-program ini dan pastikan bahwa program-program ini bersifat rahasia dan tersedia.

 

Conclusion

Resiliensi adalah kualitas yang sangat penting untuk kesejahteraanmu dan kepuasan kerja. Jika kamu memimpin sebuah tim dan ingin meningkatkan resiliensi, cobalah menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk mendorong manajemen stres dan keterampilan pemecahan masalah di antara lain. Jika kamu belum mencapainya, kamu bisa meminta sumber daya untuk meningkatkan resiliensimu dalam perjalanan naik tangga di tempat kerja. Dengan menerima fleksibilitas dan menerima bahwa resiliensi membutuhkan waktu dan energi, kamu dapat memulai perjalanan menjadi individu yang tangguh, berdasarkan pada 4 elemen kunci dari Teori Resiliensi.

You may also like