Terkadang, datang ke kantor rasanya seperti separuh berjuang. Di mata orang lain, Anda hadir secara fisik dan menuntaskan pekerjaan. Namun dalam lubuk hati Anda, terdapat pergulatan batin yang membuat Anda merasa tidak tenang, lelah, dan meragukan makna pekerjaan yang Anda lakukan.
Itulah dampak tersembunyi untuk terus bertahan: saat bekerja bukan lagi tentang berkontribusi yang terbaik, namun lebih pada sekadar mencoba bertahan hidup. Jika hal ini terjadi pada Anda, Anda tidak sendirian. Kebanyakan dari kita kesulitan memprioritaskan diri kita sendiri di tempat kerja karena kuatnya perasaan bersalah atau malu yang harus kita hadapi.
Kita semua menjadi pengkritik terburuk bagi diri kita sendiri, dan mungkin kita tergoda menyebut diri kita sendiri kurang “berusaha keras”. Namun, inilah saatnya kita mengubah pola pikir bahwa istirahat dan berhenti sejenak dipandang sebagai “malas”.
Sejalan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia, mari kita bahas mengenai dampak tersembunyi bagi kesehatan mental Anda saat Anda masuk kerja dengan pikiran kosong. Menekan tombol jeda sebenarnya mendukung kemajuan, bukan menghambatnya.
Dalam dunia super produktif di mana budaya kesibukan memicu stres dan tiada henti bagi mereka yang butuh istirahat, terus bekerja kerap kali menjadi satu-satunya pilihan. Hal ini menjadikan kita terus menerus berkata pada diri sendiri bahwa kita hanya perlu mengangkat dagu dan kita akan melihat cahaya di ujung terowongan.
Perjuangannya? Tidak terlihat. Semua orang beranggapan bahwa Anda mampu mengendalikan segala sesuatunya karena Anda “selalu terlihat”. Hal ini terkadang mudah bagi Anda dan orang lain untuk abai dengan perjuangan tak terlihat yang Anda lakukan.
Dan saat dibiarkan, hal ini akan menimbulkan konsekuensi yang sering kali muncul dengan cara yang tidak disadari:
Saat kita berbicara mengenai kesejahteraan di tempat kerja, absenteeism (tidak masuk kerja sama sekali) kerap kali menjadi pusat perhatian. Namun ada bentuk perjuangan lain yang tidak kalah beratnya: presenteeism. Inilah saat Anda hadir secara fisik namun secara mental dan emosional kelelahan.
Tidak seperti presenteeism, absenteeism bisa dilihat dan diukur. Misalnya, sering tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas atau berulang kali datang terlambat atau pulang lebih awal. Namun, Presenteeism seringkali luput dari perhatian. Hal ini tak terduga dan berlangsung jauh lebih lama dari sewajarnya.
Untuk menggambarkan tingkat keparahan presenteeism, AIA Vitality Survey 2019 yang berjudul “Tempat Kerja Tersehat di Malaysia” mengungkapkan bahwa Malaysia kehilangan 73,3 hari kerja per karyawan per tahun karena absen dan presenteeism pada tahun 2019, berbeda dengan pasar lain yang disurvei.
Di bawah ini beberapa perbedaan utama antara absenteeism dan presenteeism:
Belajar mengambil langkah ke belakang dan beristirahat saat terjebak dalam siklus terus-menerus berjuang bisa terasa di luar kemampuan. Namun, ketahanan sejati berarti tahu kapan harus beristirahat dan meminta bantuan. Simak kerangka kerja sederhana ini yang bisa Anda jadikan acuan kapan pun dibutuhkan.
Jika Anda memimpin tim, penting sekali memberi tahu tim bahwa boleh saja mengambil istirahat dan jeda. Keselamatan psikologis menjadi faktor kunci dalam menciptakan lingkungan di mana tim merasa nyaman bersuara dan terbuka.
Menurut survei McKinsey, sebanyak 89 persen responden karyawan menyatakan bahwa keselamatan psikologis di tempat kerja sangat penting.
Buatlah langkah awal dengan mengadakan percakapan yang melebihi KPI, seperti kegiatan evaluasi energi dan praktik yang mendukung keselamatan psikologis.
Keselamatan psikologis tumbuh saat pemimpin menunjukkan kerendahan hati dalam mengakui kesalahan, bertanggung jawab, dan menerima tanggung jawab. Hal ini memberi sinyal kepada tim bahwa menjadi manusia biasa itu wajar.
Melangkah lebih jauh menuju kesehatan mental yang lebih baik berawal dari kesadaran. Mengikuti penilaian akan memberdayakan Anda dalam memahami faktor risiko dan bertindak. Pertimbangkan mengikuti Penilaian Kesehatan Mental Naluri, yang juga menyediakan sumber daya dan rekomendasi gratis sesuai dengan tingkat risiko Anda.
Penilaian ini juga mencakup pertanyaan tambahan seputar pekerjaan dan kehidupan yang akan membantu Naluri memahami berbagai faktor dalam kehidupan yang bisa mempengaruhi kesehatan mental Anda.
Pelajari selengkapnya mengenai kampanye Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025 di sini.