Artikel - Kesehatan Mental, Mengasuh Anak, Resiliensi - Naluri

Rahasia Lebih Bahagia: Pengaruh Mindset ke Kebahagian

Written by Naluri | 2023 Apr 5 07:29:34

Setiap artikel, unggahan blog, dan buku self-help tentang kebahagiaan dimulai dari posisi yang sama – kebahagiaan dimulai dari dalam diri kita, mereka yang memanfaatkan dengan baik apa yang mereka miliki adalah yang paling bahagia; melihat sisi baik membuat kita lebih bahagia, kebahagiaan adalah keterampilan yang dapat dilatih – tetapi, banyak dari kita yang merasa sulit untuk mempertahankan perasaan positif dan menyenangkan yang kita samakan dengan kebahagiaan.

Dan hal itu membuat frustasi.

 

Mengejar kebahagiaan justru membuatnya menjauh, mencari makna akan membuatnya lebih Dekat

Umumnya keluhan akan terdengar seperti, “Saya berusaha keras untuk bahagia, tetapi semakin saya mencoba, semakin sulit.” Ada mitos bahwa kita perlu menjaga diri kita tetap bertahan dengan peristiwa kehidupan yang “positif”, semakin “positif”, semakin baik. Ini mungkin alasannya kenapa orang-orang mendambakan momen positif yang besar – hari pernikahan, promosi pekerjaan, kunci untuk rumah yang baru, liburan – dan ketika momen itu berlalu, atau lebih lagi ketika hal tersebut tidak terjadi sama sekali, semua kebahagiaan hilang. Masalahnya dengan ini adalah menyamakan kebahagiaan dengan pengalaman eksternal dan kegembiraan yang intens yang membuat kita terus-menerus mengejar apa yang "terasa baik" seolah-olah itu adalah kesenangan yang sulit diraih.

Menempatkan nilai pada definisi eksternal kebahagiaan sama seperti mengizinkan hal, peristiwa, atau orang untuk mendikte bagaimana perasaan kita. Saat momen itu hilang, begitu pula perasaan.

Sebenarnya kebahagiaan adalah hasil dari melakukan apa yang kamu nikmati dengan senang hati, dan hanya kamu yang dapat menentukan apakah tindakan tersebut menantang, indah, berharga, atau bermakna. Victor Frankl, seorang ahli saraf, psikiater, dan filsuf Austria menulis dalam bukunya, Man's Search For Meaning, "Apa yang sebenarnya dibutuhkan manusia bukanlah kondisi tanpa tekanan, melainkan usaha dan perjuangan untuk tujuan yang berharga, suatu tugas yang dipilih secara bebas." Dan itulah yang membawa makna yang menuntun kita menuju kebahagiaan.

Kunci untuk menemukan makna dan kebahagiaan adalah dengan memahami motivasi intrinsik kita. Ini adalah ‘alasan’ internal yang mendorong perilaku kita karena bersifat signifikan dan memuaskan bagi kita. Apakah kamu menikmati waktu bernyanyi di kamar mandi, mengatur daftar tugas harian kamu, atau bangun setiap pagi untuk bersepeda. kamu melakukannya karena kamu menginginkannya, karena "merasa baik" adalah sesuatu yang kamu berikan kepada diri sendiri. 

 

Menghargai momen yang biasa melatih kita lebih bahagia

Inilah cara lain untuk mendikte kebahagiaan kamu sendiri – lebih menyadari hal di sekeliling kamu. Manusia memiliki kebiasaan buruk untuk menyimpan kenangan buruk lebih baik daripada kenangan positif, itulah sebabnya kita sering menyamakan kebahagiaan dengan momen besar dan luar biasa. Ini juga berarti kita memiliki kecenderungan untuk mengabaikan momen-momen normal yang tampaknya tidak penting, yang sebenarnya juga membawa kebahagiaan untuk kita.

Namun, hidup tidaklah seperti film dan tidak selalu menakjubkan. Sebaliknya, hidup itu terdiri dari secangkir kopi yang membuat kamu bersemangat di pagi hari, jalan-jalan sore saat matahari terbenam, dan tertawa bersama orang-orang terkasih atas sesuatu yang konyol yang mungkin tidak akan kamu ingat besok. Hanya ketika kita menyadari momen-momen ini, kita berhenti menunggu untuk bahagia dan mulai menyadari bahwa kita mungkin jauh lebih bahagia daripada yang kita kira.

Untungnya, inilah arti dari semua artikel, blog, dan buku tersebut ketika mereka mengatakan bahwa kebahagiaan dapat dilatih. Ini dimulai dengan memilih untuk lebih sadar, peka, dan berkembang menjadi rasa syukur, penghargaan, dan kebahagiaan.

Ini tantangan kecil untuk melatih kesadaran penuh di sehari-hari kamu:

Saat kamu menyadari sesuatu yang baik sedang terjadi, hentikan apa pun yang kamu lakukan dan perhatikan perasaan kamu. Perhatikan benar-benar. Nikmatilah saat itu dengan sungguh-sungguh. Ulangi kembali hal ini ketika ada momen yang cukup baik terjadi. Dan ulangi lagi setelah itu. kamu mungkin mengakhiri hari dengan perasaan sedikit lebih puas, dan lebih bahagia dari yang kamu harapkan.

 

Mengalami semua emosi, bahkan yang rasanya tidak menyenangkan

Penulis pemenang hadiah Nobel, Toni Morrison, pernah berkata, “Saya ingin merasakan apa yang saya rasakan. Bahkan jika itu bukan kebahagiaan." Dia sedang berbicara tentang kematian putranya dan betapa tidak ada kata-kata menghibur yang dapat menenangkan rasa kehilangannya. Menghindari emosi "keras" seperti marah, khawatir, dan sedih tidak membuat kita lebih bahagia.

Keragaman emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan dan memproses berbagai macam emosi, baik positif maupun negatif. Sebuah studi tentang ekosistem emosional menemukan bahwa mereka yang lebih mampu mengekspresikan emosinya cenderung tidak mengalami depresi, lebih sedikit mengunjungi dokter, lebih banyak berolahraga, dan umumnya memiliki kesehatan yang lebih baik daripada mereka yang memiliki rentang emosi yang lebih terbatas.

Kebahagiaan, seperti semua emosi, selalu berubah-ubah. Menempatkan terlalu banyak beban pada emosi positif saja sebenarnya dapat menyebabkan kita menjadi kurang tangguh ketika perubahan atau sesuatu yang tidak terduga terjadi.

 

Kesadaran diri mengarah pada sikap tulus menerima diri sendiri

Kebahagiaan bergantung pada kemampuan kita untuk melihat diri kita dengan jelas, untuk memahami siapa kita dan bagaimana kita menyesuaikan diri dengan dunia di sekitar kita. Menyadari diri sendiri dapat membuat kita lebih proaktif, meningkatkan penerimaan, dan mendorong pengembangan diri yang positif. Namun, kita sering kali lebih keras dan kritis terhadap diri kita sendiri daripada yang seharusnya, terpaku pada ketidakmampuan untuk “bahagia” dengan cara yang kita pikir seharusnya atau cara kita memandang orang lain.

Mengasihi diri sendiri mendorong kita untuk bersikap baik dan lebih mendukung diri kita sendiri daripada bersikap menghakimi. Ini juga membantu kita bereaksi, menerima, dan mengelola emosi kita dengan lebih baik.

 

Kebahagiaan dimulai dari diri kamu, mengajarkan diri kamu untuk melihatnya adalah bagian yang paling sulit

Intinya, bahagia itu pilihan. Namun, pilihan ini hanya menjadi jelas dengan pola pikir positif yang menciptakan lingkungan yang tepat sehingga lebih mudah untuk menjadi lebih bahagia.

Sebagai makhluk yang memiliki kebiasaan, kenyataannya mungkin tampak jauh lebih sulit untuk membangun pola pikir yang lebih positif. Apa yang dapat membantu adalah seorang pelatih - seseorang yang dapat menawarkan perspektif baru atau seseorang yang dapat menunjukkan hal-hal baik ketika kesadaran penuh menjadi sulit. Pelatih juga dapat membantu mengarahkan emosi dan keadaan kamu dengan cara yang lebih seimbang, membuat perbedaan besar dalam pola pikir kamu. Jika kamu membutuhkan dukungan, Naluri menawarkan terapi jarak jauh dan obrolan asinkron dengan tim pelatih yang dipimpin oleh psikolog klinis yang dapat membantu kamu mengidentifikasi motivasi intrinsik kamu, membentuk kebiasaan yang lebih baik, dan menentukan versi diri kamu yang lebih bahagia dan lebih sehat.

 

Artikel berikut ditulis oleh Pelatih Kesehatan Mental Naluri. Naluri mendukung kamu untuk memiliki kebiasaan hidup sehat, mencapai tujuan kesehatan yang bermakna, dan menjadi lebih sehat dan bahagia melalui pelatihan yang personal, program terstruktur, pembelajaran mandiri, dan alat-alat kesehatan. Download aplikasi Naluri hari ini atau kirim email ke hello@naluri.life untuk informasi lebih lanjut dalam memanfaatkan pelatihan kesehatan digital dan terapi untuk menjadi versi dirimu yang lebih sehat dan bahagia.